Senin, 08 November 2010

Analisa Klor aktif

Cara Kerja Klorin Sebagai Desinfektan
Penggunaan kaporit bertujuan sebagai desinfektan bisa menjadi potensi bahaya bagi orang lain. Desinfektan berbasis klorin seperti hipoklorit, klorin atau chloroisocyanurates berfungsi untuk menonaktifkan berbagai bakteri patogen yang ada di dalam air.
Tetapi jika senyawa tersebut bercampur dengan bahan organik lain seperti urin dan keringat, maka klorin bisa melepaskan produk campuran yang dapat mengiritasi mata, kulit dan saluran udara atas.
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh ilmuwan dari Belgia serta dipublikasikan dalam jurnal Pediatrics, menunjukkan klorin yang terdapat di dalam kolam renang bisa meningkatkan risiko asma, alergi rhinitis dan demam pada orang yang rentan terhadap alergi.
Meski didapatkan risiko asma yang terkait dengan penggunaan klorin, tapi kolam renang tetap memerlukan desinfektan untuk menjaga kebersihannya. Memelihara kolam renang dengan bahan organik lain yang berkadar tinggi juga bisa menyebabkan masalah kesehatan terutama ketika suhu air lebih tinggi seperti saat musim panas. Menggunakan desinfektan memang telah terbukti secara signifikan menyebabkan kematian mikroorganisme patogen.
Selama musim panas, kolam renang harus selalu dimonitor kadar klorin dan pH nya untuk mencegah tertularnya berbagai penyakit infeksi melalui air. Namun, terkadang penyakit ini bisa tetap bertahan terutama di kolam renang umum.
Hal penting yang harus diperhatikan dalam menjaga kolam renang adalah mempertahankan nilai pH dengan benar, melakukan pembersihan filter secara rutin, memastikan sirkulasi air tetap tinggi serta menjaga nilai ambang batas dari klorin dan bahan organik lain.
Untuk mencegah tertularnya berbagai penyakit dari kolam renang sebaiknya membilas diri dengan air dan sabun antiseptik sebelum dan sesudah berenang, jangan berenang jika mengalami diare atau infeksi saluran pencernaan beberapa hari sebelumnya, menggunakan baju renang yang ketat menempel di tubuh, usahakan untuk selalu buang air kecil di toilet dan biasakan cuci tangan menggunakan air mengalir.

www.zegez.com/.../bahaya-berenang-di-dalam-air-berkaporit/
Kaporit digunakan pada kolam renang sebagai desinfektan untuk mencegah bakteri e.coli dan jentik nyamuk. Meskipun terlihat baik untuk manusia, namun kaporit bisa menjadi bumerang.
Sebuah penelitian mengatakan bahwa kadar kaporit yang terlalu banyak dalam air dapat menyebabkan berkurangnya fungsi paru-paru, asma, erosi pada email gigi hingga kanker kandung kemih. Risiko tersebut juga berlaku bagi mereka yang sering berenang di air berkaporit. Kaporit yang tercampur dengan daun-daunan dapat menimbulkan suatu zat yang berbahaya.
Menyiasati dengan memilih kolam renang di alam terbuka juga bisa menjadi solusinya. Gas beracun dalam kolam akan lebih cepat tersebar pada kolam renang di alam terbuka. Langkah lain yang bisa dilakukan adalah dengan segera mandi dengan sabun disinfektan setelah berenang dan menghindari air kaporit meresap dalam pori-pori.
www.bagi-bagi-info.co.cc/bahayakah-kaporit-di-dalam-kolam-renang.html
Klorin / Chlorine (Cl)
Klorin biasanya terkandung pada air ledeng (PAM). Klorin ini akan masuk bersama air ledeng (PAM) yang digunakan pada saat penggantian air atau penataan ulang akuarium secara keseluruhan (new setup). Tingkat klorin diatas 0.02 mg/l (ppm) akan menyebabkan membran sisi insang (mucous membranes) ikan merasa terbakar dan berwarna merah. Klorin juga dapat mengganggu kerja bakteri pengurai yang menguntungkan pada saat mengurai polutan pada filter, bahkan dapat mematikan bakteri ini.
www.jelambaraquaticlife.com/water_chemist.htm -
Mengurangi gula darah
Chitosan dapat mengatur PH dalam cairan tubuh, sehingga PH meningkat, menambah sensitivitas insulin, agar tercapai tujuan mengurangi gula.
Sewaktu menderita diabetes, karena metabolisme gula mengalami hambatan, memproduksi zat asam secara berlebihan, PH cairan tubuh cenderung rendah, sehingga sensitivitas insulin menurun. Chitosan dapat mengurangi penyerapan CL, ion positif dalam cairan tubuh terutama terdiri dari CL dan HCO3. Sewaktu CL berkurang, HCO3 meningkat secara relatif. Pemulihan cairan tubuh cenderung bersifat basa, sehingga meningkatkan sensitivitas insulin, dan dapat memperbaiki gula darah.
www.tiens-stokis47.com/html/.../chitosan.htm -
diakses 8 November 2010

Analisa kadar klorin pada air baku produksi di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan dengan metode kolorimetri dengan menggunakan komparator lovibond 1000 yaitu berdasarkan perbandingan warna yang terbentuk setelah sampel ditambahkan indikator DPD (N-Dietil-p-fenilendiamin). Data yang diperoleh dengan penambahan klorin yang paling baik adalah 0,04 ml didalam 1000 ml air yang di lakukan secara eksperimen di laboratorium atau 5,6 liter/jam didalam 40000 liter air pada filter tank yang menghasilkan kandungan klorin 1,0 ppm. Data ini sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh SNI 06-4824-1998 yaitu bahwa kandungan klorin pada air tidak melebihi batas 4,0 ppm.
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/19476

Klor merupakan unsur yang diserap dalam bentuk ion Cl- oleh akar tanaman dan dapat diserap pula berupa gas atau larutan oleh bagian atas tanaman, misalnya daun. Kadar Cl dalam tanaman sekitar 2000-20.000 ppm berat tanaman kering. Kadar Cl yang terbaik pada tanaman adalah antara 340- 1200 ppm dan dianggap masih dalam kisaran hara mikro. Klor dalam tanah tidak diikat oleh mineral, sehingga sangat mobil dan mudah tercuci oleh air drainase. Sumber Cl sering berasal dari air hujan. Oleh karena itu, hara Cl kebanyakan bukan menimbulkan defisiensi, tetapi justru menimbulkan masalah keracunan tanaman. Klor berfungsi sebagai pemindah hara tanaman, meningkatkan osmosis sel, mencegah kehilangan air yang tidak seimbang, memperbaiki penyerapan ion lain, untuk tanaman kelapa dan kelapa sawit dianggap hara makro yang penting. Juga berperan dalam fotosistem II dari proses fotosintesis, khususnya dalam evolusi oksigen (Prihatmoko 2009).
Garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida (55%), natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%) dan sisanya (kurang dari 1%) teridiri dari bikarbonat, bromida, asam borak, strontium dan florida. Tiga sumber utama garam-garaman di laut adalah pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal vents) di laut dalam (Agusset, 2005).
Semua perairan alami mengandung klorida yang kadarnya sangat bervariasi mulai dari beberapa milligram sampai puluhan ribu milligram (air laut). Namun suatu perairan baik itu airtanah, air artesis, danau atau sungai biasanya memiliki kadar klorida yang relatif tetap. Perubahan kadar klorida dalam suatu perairan berhubungan dengan lokasi maupun waktu tertentu yang menunjukkan adanya percampuran dengan perairan lain maupun pencemaran terhadap perairan tersebut. Keberadaa ion Cl- dalam air akan berpengaruh terhadap tingkat keasinan air. Semakin tinggi konsentrasi Cl-, berarti semakin asin air dan semakin rendah kualitasnya. Besarnya kadar klorida dalam perairan sangat penting dalam berbagai aspek seperti dalam penelitian-penelitian tenaga panas bumi, irigasi, industri, hidrologi, dll.
www.scribd.com/.../Laporan-Praktikum-Laboratorium-Lingkungan-Percobaan-III-Klorida
Golongan Halogen yang biasa digunakan adalah berbasis Iodium seperti larutan iodium,iodofor,sedangkan senyawa yang terhalogenasi adalah senyawa anorganik dan organic yang mengandung gugus halogen terutama gugus klor,misalnya natrium hiperklorit,klor dioksida,natrium klorit,dan kloramin. Golongan ini berdaya aksi dengan cara oksidasi dalam rentang waktu sekitar 10-30 menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 1-5%.aplikasi desinfeksi untuk mereduksi virus, tetapi tidak efektif untuk membunuh beberapa bakteri jenis gram positif dan ragi.
Umum digunakan sebagi desinfektan pada pakaian,kolam renang,Lumpur air selokan.
Adapun kekurangan dari golongan halogen dan terhalogenasi adalah tidak stabil, sulit terbiodegradasi dan mengiritasi ,mukosa.
www.scribd.com/doc/.../Mengenal-Bahan-Kimia-Desinfeksi

Klorin adalah bahan kimia yang penting untuk beberapa proses penurunan air, penjangkitan dan dalam pelunturan. Klor merupakan salah satu zat desinfektan yang sering digunakan dalam pengolahan air minum. Zat kimia lain yang dapat digunakan sebagai desinfektan adalah ozon (O3), klordioksidan, dan sebagainya. Dua faktor penting yang mempengaruhi proses desinfektan adalah waktu bereaksi dan konsentrasi zat desinfektan. Ozon boleh juga digunakan untuk membunuh bakteria, dan ozon tidak membentuk organoklin dan tidak tertinggal dalam air setelah perawatan (Jatilaksono, 2009).
Senyawa ini umum digunakan dalam pengolahan limbah, produksi air minum maupun sebagai katalis, baik di industri maupun di laboratorium. Bila dilarutkan dalam air, besi (III) klorida mengalami hidrolisis yang merupakan reaksi eksotermis (menghasilkan panas). Hidrolisis ini menghasilkan larutan yang coklat, asam, dan korosif, yang digunakan sebagai koagulan pada pengolahan limbah dan produksi air minum. Larutan ini juga digunakan sebagai pengetsa untuk logam berbasis-tembaga pada papan sirkuit cetak (PCB). Anhidrat dari besi (III) klorida adalah asam Lewis yang cukup kuat, dan digunakan sebagai katalis dalam sintesis organik (Putranto, 2009).
Kebanyakan klorida larut dalam air, oleh karena itu klorida biasanya hanya ditemui di kawasan beriklim kering, atau bawah tanah. Klorida biasanya dihasilkan melalui elektrolisis natrium klorida yang terlarut dalam air. Bersama dengan klorin, proses kloral kali ini menghasilkan gas hidrogen dan natrium hidroksida. Klor berasal dari gas Cl2, NaOCl, Ca(OCl)2 atau larutan kaporit atau larutan HOCl (asam hipoklorit). Dalam konsentrasi yang wajar, klorida tidak akan membahayakan bagi manusia. Rasa asin terhadap air merupakan pengaruh dari klorida dalam jumlah konsentrasi sebesar 250 mg/L. Oleh karena itu, penggunaan klorida dibatasi untuk kebutuhan manusia (Alaerts dan Ir. S. Sumetri, 1998).
Dalam jumlah kecil, mereka tidak berpengaruh. Dalam konsentrasi tinggi, mereka menyebabkan masalah. Biasanya konsentrasi klorida rendah. Sulfat dapat lebih bermasalah karena sulfat ada dalam konsentrasi yang lebih besar. Kadar rendah atau menengah dari kedua senyawa ion tersebut menambah rasa segar ada air. Pada kenyataannya, mereka dibutuhkan karena alasan ini. Jumlah konsentrasi yang berlebihan dari keduanya tentu akan membuat air jadi tidak enak diminum (Anonim1, 2008).
Konsentrasi klorida pada dataran tinggi dan pegunungan biasanya relatif rendah, sedangkan pada sungai dan air tanah biasanya sangat banyak jumlahnya. Konsentrasi klorida yang juga sangat tinggi pada air laut yang menguap, kemudian mengalir ke sungai. Karena itu, sungai dan air tanah memiliki tingkat klorida yang tinggi. Untuk menentukan atau mengukur jumlah (kadar) klorida dalam air, dapat digunakan metode berikut ini.
a. Mercurie Nitrate Method (metode HgNO3)
Menentukan banyak sedikitnya kandungan klorida dengan perbandingan Mohr method (metode Mohr). Pada metode ini, indikator digunakan untuk menunjukkan adanya kelebihan ion Hg2+.
HgCl2 (K = 2,6 x 10-15)Hg2+ + 2Cl-
b. Mohr Method (Argentometric)
Metode ini merupakan metode yang dapat menghasilkan hasil yang lebih memuaskan dari pada metode HgNO3. Metode Mohr ini menggunakan AgNO3 sebagai zat pentitrasi dan menganjurkan menggunakan metode standar. Dalam proses titrasi ion klorida akan terbentuk klorida dengan lapisan endapan putih perak.
AgCl (Ksp = 3 xAg+ + Cl- 10-10)
Indikator yang biasa digunakan untuk menentukan adanya ion Ag+ adalah potassium chromate. Indikator ini akan mengubah warna putih perak menjadi endapan merah bata.
Ag2CrO4 (Ksp = 5 x2Ag+ + CrO42- 102-) (Hanief, 2009).
Klorida dan sulfat dapat dihilangkan dari air dengan Reverse Osmosis. Deionisasi (demineralisasi) atau destilasi juga akan menghilangkan klorida dan sulfat dari dalam air, tetapi metode ini tidak cocok untuk perumahan dibanding reverse osmosis (Anonim2, 2008).

. unalea.blogspot.com/2010/02/laporan-praktikum-klorida.html –
Pemakaian gas khlor sebagai bahan desinfeksi untuk air minum perlu penanganan yang lebih efektif mengingat daya reaktifitas dan toksisitasnya yang tinggi. Pemakaian gas khlor masih perlu mendapat kajian yang lebih teliti dimana gas khlor dalam kinerjanya akan menghasilkan zat sisa dan tidak efektif dalam kasus- kasus tertentu misalnya:
1. Gas khlor dapat menimbulkan rasa dan bau yang khas sehingga dapat mengurangi estetika dan visual air, hal ini dapat diminimalisir dengan menggunakan karbon aktif.
2. Reaksinya dengan zat organik (NH3) berlebih akan bereaksi membentuk ammonium khlorida dan gas nitrogen, jika chlorine yang berlebih akan membentuk Nitrogen khlorida yang bersifat explosive.
3. Sebagian besar zat organik yang terdapat dalam berbagai jenis air adalah berupa zat humus. Konsentrasi asam humus dan asam flufik kadang-kadang relatif besar. Zat humus di dalam air menyebabkan warna kuning (warna sejati) yang dikenal dengan “air gambut” yang dapat dipulihkan (dipudarkan) oleh oksidasi sebagian, sebagai contoh menjenuhkan ikatan rangkap dalam suatu molekul.


Selain itu asam humus dan asam flufik mengandung grup Keto yang dapat menyebabkan terbentuknya “haloform” setelah bereaksi dengan klor/senyawa klor.


Dengan cara senyawa haloform seperti kloroform (CHCl3); monobromodiklorometan (CHCl2Br); dibromomonoklorometan (CHClBr2) dan bromoform (CHBr3) dengan kondisi tertentu dapat terbentuk, sebagai produk samping klorinasi yang dikenal dengan “THMs (trihalomethanes)“, dimana senyawa ini dikatagorikan “karsinogenik” (penyebab kanker). Tri halometan merupakan produk samping desinfeksi. Klor terlarut/Hipoklorit dapat bereaksi dengan zat organik (karbon organik, C – org.) dalam air yang didesinfeksi dengan klor, sehingga menjadi senyawa organik terkhlorinasi, seperti THM, chlorophenoles.
Oleh karena itu reaksi haloform tidak diinginkan terjadi.
Pembentukan haloform dipengaruhi oleh :
1. Konsentrasi zat-zat organik → konsentrasi yang tinggi menaikkan kandungan haloform
2. pH → pH lebih tinggi, reaksi haloform lebih baik.
3.Dosis klor → lebih tinggi menyebabkan kemungkinan haloform terbentuk lebih besar.
4. Reaksinya dengan air yang mengandung warna tinggi (Tannin dan Lignin) akan membentuk senyawa klorolignin sangat sulit didegradasi karena mengandung senyawa organik terklorinasi dengan berat molekul yang tinggi, dimana pada badan air penerima dapat terurai menjadi senyawa klorolignin dengan berat molekul lebih rendah yang bersifat lebih toksik, mutagenik dan karsinogenik
5. Gas klor tidak efektif dalam membunuh protozoa Cryptosporidium-c. Mikroba dari grup protozoa ini mampu membentuk spora di usus halus manusia lalu menghalangi penyerapan air sehingga penderitanya menjadi haus terus. Mikroba ini tahan dalam air mendidih lebih dari sepuluh menit tetapi parasit ini dapat mati oleh ozon. (Kasus terjadi di sebuah kota San Paolo yang air ledengnya diambil dari Danau Chavez yang tercemar berat. Ribuan orang lantas sakit dan ratusan tewas).
6. Gas khlor tidak efektif dalam membunuh virus Hepatitis A meskipun bakteri mati oleh desinfektan ini. Masa inkubasi penyakit ini berkisar antara 1-2 bulan setelah terkena infeksi yang ditandai dengan demam yang disertai rasa mual dan muntah. Hati penderita menjadi bengkak, bola mata pun menjadi kuning. Warna kuning ini bisa menjalar ke permukaan kulit. Tubuh akan melemah, menjadi kurus dan perut membuncit. (Kasus di sungai Jamuna, India).
7. Air olahan dengan kadar sisa khlor 0.5 – 1.5 ppm tidak cocok digunakan dalam hal – hal tertentu bahkan tidak dianjurkan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Terhadap umur tanaman (Spermatophyta) :
1. < 1 mg/l Sisa Khlor bebas (umur panjang)
2. 1-2 mg/l Sisa Khlor bebas (umur pendek)
Terhadap ikan (dewasa) :
1. < 0.3 mg/l Sisa Khlor bebas
Terhadap ikan, udang, (budi daya perikanan) :
1. < 0.1 < 0.1 mg/L Sisa Khlor Bebas
Terhadap manusia :
1. Sesuai tabel
8. Untuk menjaga kualitas air perpipaan, keberadaan sisa khlor sangat diperlukan dalam suatu sistem jaringan distribusi karena dapat mengurangi risiko tumbuhnya mikroba dan terjadinya kontaminasi. Sisa khlor pada sistem jaringan distribusi harus dijaga pada konsentrasi 0,2-0,5 mg/lt. Pengaruh jarak pengaliran air minum terhadap sisa khlor dan angka MPN Coliform air minum sangat berpengaruh. Dalam penelitian di PDAM Buntok, Kalimantan Tengah, dengan observasional analitik yang dilakukan secara cross sectional dengan variabel bebas jarak pengaliran dan variabel terikat angka MPN Coliform serta nilai sisa khlor.
Sampel penelitian diambil secara acak pada pelanggan PDAM Buntok. Pengaruh jarak pengaliran terhadap sisa khlor dan angka MPN Coliform, masing-masing dianalisis dengan uji stastistik regresi linier. Kadar sisa khlor pada PDAM Buntok adalah 1,0 mg/lt dengan angka MPN Coliform nol. Pada jarak 2 Km, sisa khlor sebesar 0,5 mg/lt dengan angka MPN Coliform nol. Pada jarak 4 km, sisa khlor sebesar 0,3 mg/lt dengan angka MPN Coliform nol. Pada jarak 6 km, sisa khlor sebesar 0,1 mg/lt dengan angka MPN Coliform sebesar 7,8 per 100 ml air. Sementara itu pada jarak 8 km sisa khlor dengan MPN Coliform sebesar 55,6 per100 ml air dan pada jarak 10 km sisa khlor nol dengan angka MPN Coliform sebesar 133,8 per 100 ml air. Pada jarak pengaliran terhadap MPN Coliform dengan uji regresi linier ap<0,01 dan terhadap sisa khlor uji regresi linier p<0,01. Disimpulkan bahwa faktor jarak pengaliran air minum berkorelasi terhadap angka MPN Coliform semakin meningkat, namun sebaliknya dengan sisa khlor semakin berkurang. Untuk itu perlu diadakan pos khlorinasi pada jarak tertentu, untuk menjaga sisa khlor pada jaringan distribusi.
9. Frekuensi pemakaian desinfektan alternatif gas klor yaitu kaporit maupun sodium hipochlorit harus diatur sedemikian rupa supaya tidak lebih dari batas “kadaluarsa”. Apabila larutan disimpan terlalu lama, umumnya kadar khlornya berkurang antara 2 – 4% per bulan pada temperatur kamar . Penyimpanan yang terlalu lama pada bahan kimia cair terutama kaporit juga akan mengurangi gugus aktif khlor sehingga daya desinfeksi berkurang.

1 komentar:

  1. mas, mo tanya, kalo mo pesan tentang bahan DPD dimana ya..? minta link donkkk...lakasih

    BalasHapus